Suatu hari ku merenung. Mengapa perjalanan indah yang baru sepanjang
galah harus berhenti? Mengapa situasi indah itu tergantikan oleh situasi
menyakitkan yang datang bertubi-tubi dengan masalah yang hampir sama setiap
harinya? Perkenalan yang kebetulan. Tidak. Tidak ada kebetulan di dunia ini,
itu sudah rencana Allah.
Ya.. aku berkenalan dengan sosok yang jauh berbeda dari aku. Sangat
berbeda. Ibarat kata, jika aku memilih A dia memilih B. Bagai larutan dapar dan
kloroform yang sudah di shacking termostatic waterbath selama 24 jam, tetap
tidak bersatu.
Memang seharusnya aku tau dari awal. Tapi, dia selalu mengatakan bahwa
perbedaan itu indah. Awalnya memang menyenangkan, sungguh menyenangkan. Aku
belajar banyak hal tentang sesuatu yang tidak aku suka. Setiap hari setiap
saat. Lama-lama aku jadi sedikit tertarik dengan hal itu. Sampai suatu ketika
ada perasaan ingin belajar hal tersebut.
Hari demi hari, bulan demi bulan masih berjalan begitu menyenangkan.
Hingga suatu ketika masalah-masalah kecil muncul. Datang dan pergi silih
berganti. Ada tiga dusta -yang aku tau- pertama mengenai sosok laki-laki yang
lebih tua darinya, kedua mengenai ikatan tali sederhana, dan yang ketiga adalah
candaan yang menyakitkan.
Aku tak mengerti, sungguh. Ketulusan sayang ini tega dia hancurkan. Bagai
tablet yang digerus menjadi butiran-butiran pulvis, terkena desisan nafas pun
hilang. Sebenarnya Allah itu baik, sangat baik. Allah sangat menyayangi aku.
DIA tunjukkan sifat aslimu. Perlahan tapi menyakitkan. Situasi ini belum berjalan
lama, tak perlu waktu lama pula untuk mengobatinya.
Pernah suatu ketika aku beranggapan bahwa kamu orang yang baik. Sama
seperti teman-temanku yang lain, baik. Tapi, anggapanku selama ini keliru,
benar-benar keliru. Kamu, iya kamu adalah orang yang paling jahat yang pernah
aku kenal.
Aku tak habis pikir, terbayang pun tidak. Kamu tega melakukan hal itu
kepada sosok wanita polos. Ya.. memang aku bukan sosok wanita itu, tapi aku
bisa merasakan rasa sakit itu. Sakit begitu sakit. Rasa sakit yang kamu perbuat
untukku tak bisa mengalahkan rasa sakit itu. Candaan yang begitu menyakitkan.
Aku sempat berpikir, apakah kamu tak memikirkan perasaan orang yang akan
kamu candai setelah candaan itu berakhir? Apakah kamu melakukan candaan
tersebut hanya untuk membahagiakan diri sendiri? Kamu bisa melakukan hal
tersebut karena kamu kaum minoritas di lingkungan ini. Jika kamu berada di kaum
mayoritas, sungguh, kamu tidak akan pernah punya kesempatan sedikit pun.
Sampai suatu ketika hal paling konyol yang kami lakukan adalah
beranggapan bahwa kamu itu psikopat. Ya.. kami berpikir bahwa hanya orang
psikopatlah yang tega melakukan candaan itu.
Aku memaafkanmu, tapi aku tak akan pernah melupakan hal menyakitkan itu.
Ingatlah, jika suatu ketika ada orang yang menyakitimu pasti suatu hari kamu
akan mendapatkan seseorang yang akan sangat mencintaimu, begitu pun sebaliknya.