Selasa, 08 Maret 2016

Terdampar lalu Tertahan

Berawal dari putus asa karena ditolak oleh SMA impian, SMA Negeri 3 Surakarta program Akselerasi, saya pasrah dengan mengikuti keinginan orang tua saya untuk mendaftar di SMK Farmasi Nasional Surakarta. Selama saya bersekolah menengah pertama di Surakarta, saya benar-benar tidak mengetahui bahwa ada SMK tersebut. Pendaftaranpun diurus oleh ayah saya dan saya diberi kesempatan untuk tes di sebuah gedung, yang biasa untuk resepsi pernikahan, dengan ratusan peserta dengan tempat duduk tanpa meja. Entah pertanda apa ini, baru beberapa menit mengerjakan soal tanpa disengaja bolpen saya menggores LJK yang harusnya terbebas dari coretan tinta. Saya langsung menemui pengawas ujian dan meminta LJK yang baru, tetapi pengawas tersebut berkata bahwa tidak apa-apa dilanjutkan saja mengerjakan di LJK itu. Setelah selesai mengerjakan, saya baru sadar dan berfikir “yakin nih LJK nya gak kenapa-kenapa? Ntar kalau gak kebaca gimana? Sayudahlah, urusan”. Mungkin kata “yasudahlah urusan” mewakili bahwa sebenarnya saya tidak ingin bersekolah di SMK tersebut. Pikir saya, karena saya bersekolah di SMP Negeri 2 Surakarta program Akselerasi, saya seharusnya melanjutkan sekolah di  SMA saja. Keinginan yang sangat normal sebenarnya. Namun, rencana Allah bertolak belakang. Beberapa hari setelah tes di SMK tersebut, saya dinyatakan lolos ujian dan tinggal registrasi ulang. Entah pada saat itu saya harus senang ataupun sedih.

Tahun pertama saya jalani dengan “ogah-ogahan” dan masih beranggapan bahwa saya terdampar di sekolah ini. Ya, sekolah dengan mayoritas siswanya adalah perempuan dengan gedung 4 lantai. Sekolah yang setiap harinya berangkat sebelum matahari tinggi dan pulang setelah hampir matahari terbenam. Sungguh saya sangat tidak nyaman bersekolah di sini, itu ditandai dengan semester pertama nilai raport saya terdapat angka merahnya. Namun, di tahun kedua saya berfikir “kalau saya kayak gini terus, saya besok mau jadi apa? Masak sekolah mahal-mahal ga dapet apa-apa? Kasian orang tua saya yang bekerja banting tulang setiap harinya”. Di tahun kedua, saya mulai serius dengan apa yang saya jalani, mungkin ini memang yang terbaik menurut Allah. Dan cara sederhana untuk bersyukur adalah dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Ya mungkin saya tergolong orang yang beruntung, karena sebenarnya banyak sekali calon siswa SMK Farmasi Nasional Surakarta yang ditolak padahal mereka sangat menginginkan untuk diterima, berbeda sekali dengan saya. Suatu ketika saya mendapatkan “wejangan” dari guru praktikum resep, Bu Endang namanya, beliau berkata bahwa jika kita ingin merasa nyaman maka cintai dulu gurunya, cintai dulu teman sebelahnya, cintai dulu meja praktikumnya, dan cintai dulu Lab Resepnya maka secara otomatis kamu akan nyaman. Hari demi hari saya mulai belajar mencintai apa yang ada di sekolah ini. Dari gurunya yang killer, dari mata pelajaran awal yang asing menurut saya, dan dari kepadatan jadwal sekolahnya. Semakin lama saya semakin nyaman dan ternyata pada akhirnya saya bisa mencintai sekolah ini. Lebih tepatnya saya cinta Farmasi. Ini sudah saya buktikan dengan hanya ingin kuliah di jurusan farmasi saja. Ini saya realisasikan dengan menolak universitas negeri dengan jurusan bukan farmasi demi Fakultas Farmasi UMS. Saya bangga menjadi anak Farmasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Saya yakin dengan kekuatan mimpi dan juga kekuatan doa karna Nothing is Impossible with Allah. Satu hal saja, bermimpilah setinggi langit karna walaupun jatuh maka jatuhnya masih diantara bintang-bintang. Bahagiakan orang-orang yang perlu dibahagiakan dan buat mereka bangga atas dirimu. ~ Allah SWT ~ Muhammad SAW ~ Beloved Mom (Kusporini) ~ Beloved Dad (Ary Kusnanto)